Chairil Anwar adalah seorang penyair terkenal saat zaman penjajahan Jepang. Ia adalah sosok penentang yang urakan, kurang ajar, tapi melahirkan karya-karya yang cemerlang. Penyair yang memiliki julukan “Binatang Jalang” ini menulis puisi-puisinya lewat bahasa yang lugas dan tegas.
Biografi Chairil Anwar
Karakter manja dan tak terkalahkan juga dimiliki oleh Chairil. Ia lahir pada 22 Juni 1922 dari pasangan Toeloes Bin Manan dan Saleha. Ayahnya adalah seorang controleur atau pegawai tinggi di era kolonial Belanda. Sedangkan Ibunya adalah putri bangsawan kota Gadang, Sumatera Barat, yang masih ada ikatan saudara dengan ayah Sutan Sjahrir yaitu perdana menteri pertama Indonesia.
Chairil memiliki kakak bernama Siti Chairani. Kedua orang tua chairil bercerai dan ayahnya pun menikah lagi. Setelah ayahnya menikah lagi, chairil pun tidak di tanggung biaya hidupnya.
Kebiasaan Chairil Anwar
Chairil adalah seorang yang gemar membaca. Selain buku-buku Indonesia, buku-buku luar juga dibacanya.Tapi ia memiliki kebiasaan yang kurang baik yaitu mencuri buku. Ia mencuri buku mungkin karena ia tidak dapat membelinya karena kehidupannya yang kurang mapan.
Baca juga: Majas: Pengertian, Jenis-Jenis, beserta Contoh Majas
Sejak Umur lima tahun Chairil tinggalnya berpindah-pindah karena mengikuti ayahnya. Ia juga pernah tinggal bersama neneknya di Medan.
Setelah neneknya yang biasa dipanggil Mak Tupin wafat, ia pun pindah ke Jakarta. Di sana ia tinggal bersama pamannya yaitu Sutan Sjahrir. Di Jakarta, ia bersekolah di Mulo Batavia pada tahun 1941. Namun ia putus sekolah, hidupnya pun tak menentu.
Perempuan Chairil
Banyak perempuan yang dekat dengan Chairil. Tetapi yang menetap di hatinya adalah Seorang Gadis Kerawang beranama Hafsah. Mereka menikah dan dikaruniai seorang anak bernama Evawani Alissa. Saat Evawani berusia 1 tahun 10 bulan, Chairil dan Hafsah bercerai.
Eva tinggal bersama Hafsah dan ia juga tidak banyak tau mengenai ayahnya. Mereka bercerai karena Chairil tidak bisa memenuhi tanggung jawab sebagai suami. Perceraian tersebut berpengaruh terhadap pola hidup dan kesehatan Chairil.
Baca juga: Pengertian dan Metode Menyimak Sejak Dini
Chairil rindu terhadap Hafsah dan Eva. Ia ingin membukukan kembali sajak-sajaknya yang terkumpul dan royaltinya nantinya akan digunakan untuk menikahi istrinya kembali, serta memperbaiki kehidupan keluarganya yang berantakan itu.
Pada tanggal 23 April 1949 ia diopname karena penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Selang lima hari tepatnya pada tanggal 28 April 1949, ia pun menghembuskan nafas terakhirnya di usianya yang cukup muda yaitu 27 tahun. Ia dimakamkan di TPU Karet Bivak.
Karya Chairil
Chairil tidak pernah melihat atau menikmati bukunya terbit. Karyanya baru diterbitkan pada tahun 1949 beberapa saat ia wafat. Karya yang terbit antara lain, Deru Tjampur Debu, Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus, Tiga Menguak Takdir, Chairil Anwar Pelopor Angkatan ’45, dan Aku ini Binatang Jalan (tahun 1986).
H.B. Jassin ialah orang yang cukup berperan terhadap karya-karya Chairil. Ia membela sajak-sajak Chairil. Chairil tidak meninggalkan warisan harga, bahkan buku-buku yang dibacanya tidak tahu dimana. Hanya ada sajak-sajak pena yang sampai saat ini kita dapat nikmati.
Komentar